twitter
rss


Selamat Menyongsong Ujian Nasional 2012

Tinggal beberapa hari lagi siswa siswi di tingkat SMP/MTs akan menghadapi UN.Untuk itu sedini mungkin, atau mulai detik ini sebagai siswa siswi harus mulai mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.Karena dengan mempersiapkan diri sedini mungkin memungkinkan siswa untuk lebih siap dan lebih percaya diri, sehingga hati dan pikiran siswa akan lebih tenang.
Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan atau dipersiapkan siswa sejak dini agar sukses dalam menempuh UN, antara lain :
Persiapan Fisik
Mulai saat ini kondisi fisik siswa harus dipersiapkan dengan cara berolah raga setidak tidaknya seminggu 1x, meski hanya kurang lebih 30 menit.Menjaga kondisi fisik bisa juga dilakukan dengan banyak mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, menjaga kebersihan dilingkungan keluarga/rumah.
 
 Persiapan Mental
Persiapan mental ini harus dimulai sejak awal dengan menanamkan keyakinan bahwa sukses atau tidak UN yang akan dijalani harus siap menerima kenyataan yang ada.

Membuat Ringkasan
Ringkasan -ringkasan materi pelajaran sebenarnya dapat di mulai sejak dari kelas VII sampai kelas IX, jika siswa siswi sudah memulai membuat ringkasan dari kelas VII itu akan memudahkan siswa dalam menghemat waktu.

Sering Berlatih Mengerjakan Soal-soal
Soal-soal yang di kerjakan bisa dari materi-materi soal-soal ujian tahun yang lalu, soal-soal TPM, atau bahkan jika ada kesempatan ikut try out, dimana dengan ikut try out bisa untuk menjajaki kemampuan siswa dan dapat digunakan untuk kesiapan siswa agar dalan Ujian Nasional nanti siswa lebih terbiasa mengerjakan soal. 


Berdoa dan Semakin Dekat Kepada Alloh
Berdoa adalah kunci yang paling mustajab dalam meminta kemudahan dan kelancaran dalam mengikuti Ujian Nasional.Karena pada dasarnya kita adalah mahkluk yang hanya bisa berusaha, sedangkan hasil semuanya sudah ditentukan oleh Alloh SWT.
Pada saat ini perbanyak melakukan sholat tahajud, puasa senin kamis dan yang terpenting sholat lima waktu jangan sampai kita tinggalkan.

Seyegan, April 2012
Guru BK MTs N Seyegan

Siti Rohmiati, S.Pd



PERILAKU SEKSUAL REMAJA
Berciuman itu bisa bikin hamil nggak ya ?
Kalau melakukan kontak seksual tapi masih pakai baju apa bisa bikin hamil juga ? Lha kalau berenang itu, apa sperma bisa masuk kedalam vagina ? Kalau orang sudah melakukan kontak seksual, apa orang lain tahu, karena bentuk tubuhnya sudah berubah ?
Itulah beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan remaja karena ketidaktahuannya.
Mereka takut hamil tetapi kadang-kadang melakukan perbuatan yang melanggar norma dan bisa menyebabkan kehamilan.
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sulit,
sehingga sering dikatakan sebagai masa badai dan stress (stress and strom ). Dengan kondisi demikian, wajar jika remaja mengalami banyak masalah.Salah satunya adalah masalah seksual, terutama yang berkaitan dengan perilaku seksualnya.Remaja sering khawatir, berciuman itu bisa bikib hamil atau tidak.Mereka juga sering bertanya kalau melakukan kontak seksual tapi masih pakai baju apa bisa hamil juga ? Bahkan masalah seksual ini tidak hanya mengganggu remaja sendiri, tetapi juga bagi orang tua dan orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap para remaja.
Perilaku   seksual   adalah   tingkah  laku  yang  didorong
hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesame jenis.Bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik samapai berkencan, bercumbu, dan bersenggama.
Secara   rinci   tahapan   perilaku  tersebut  mulai  dari
memandang tubuh lawan bicara, melakukan kontak mata, berbincang-bincang dan membandingkan gagasan, berpegang tangan, memeluk bahu dengan tubuh didekatkan, memeluk pinggang dan tubuh kontak rapat, ciuman bibir, ciuman bibir sambil berpelukan, meraba dan eksplorasi tubuh pasangan, serta senggama.
Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam
khayalan, atau diri sendiri. Sebagian perilaku seksual, dampaknya bisa cukup serius, seperti perasaan bersalah, depresi,, marah, misalnya pada para gadis yang terpaksa menggugurkan kandungannya.Akibat psiko-sosial lainnya adalah ketegangan mental, dan kebingungan akan peran social yang tiba-tiba berubah ketika seorang gadis tiba-tiba hamil.Juga akan terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya.
 Berdasarkan hasil penelitian di beberapa kota besar di
 Indonesia, jumlah remaja yang telah melakukan hubungan seks meningkat dari tahun ketahun dan prosentase tertinggi melakukan bersama pacar dengan alas an utama : kebutuhan biologis dan ungkapan rasa cinta.
Menariknya,  frekuensi  tertinggi  melakukan hubungan
seks adalah di rumah sendiri, yang berarti remaja yang bersangkutan tidak lagi mempedulikan kenyataan bahwa rumah adalah teritori ( wilayah psikologis yang tidak boleh dilanggar ) dari orang tua.Sedangkan tempat lain yang sering digunakan remaja untuk melakukan senggama adalah hotel, taman, ataupun sekolah.
Ditenggarai,  jumlah  remaja  yang  mengalami  masalah
kehidupan seks terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas.Meskipun demikian, ada beberapa remaja yang pada awalnya sebenarnya tidak berniat melakukan aktivitas seksual, tetapi ketika mereka tengah berduaan, hal itu tidak dapat dihindari lagi.
 Masalah seksualitas pada masa remaja umumnya timbul
karena perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual ( libido ) remaja.Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari media masa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.
Orang  tua  sendiri,   baik   karena   ketidaktahuannya
maupun karena sikapnya yang masih mengggap tabu pembicaraan mengenai seks dengan anak, malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.
Pendidikan   seks   adalah   salah   satu  cara  mencegah
penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak negative yang tidak diharapkan, seperti kehamilan, penyakit menular seksual,,depresi, dan perasaan berdosa.Pendidikan seks dalam hal ini bukanlah penerangan tentang seks semata-mata, tetapi pemberian informasi tentang seks yang tidak diberikan secara “ telanjang “, melainkan diberikan secara “ konstektual “, yaitu kaitannya dengan norma yang berlaku dalam masyarakat ; apa yang dilarang, apa yang lazim, dan bagaimana cara melakukannnya tanpa melangggar aturan.
Untuk  menekan jumlah pelaku seks bebas, pada remaja
perlu adanya suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi remaja, namun bukan pendidikan seks secara vulgar.
Pendidikan   kesehatan   reproduksi   dikalangan  remaja
bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti kehamilan ataupun penyakit menular seksual.Dengan demikian remaja dapat terhindar dari coba-coba melakukan seks bebas.
Pendidikan    seks    berhubungan   pula   dengan   proses
perkembangan dan kehidupan seks.Pendidikan seks ini dapat direncanakan oleh orang tua sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak.
Sedikitnya sebelum anak menginjak remaja, saat proses
kematangan seks mulai timbul, harus sudah diberikan.Misalnya anak perempuan sebelum mengalami haid yang pertama, dan anak laki-laki sebelum mengalami pengeluaran air mani yang pertama.
 Akan  lebih  mudah  membicarakan masalah seks dengan
anak sebelum anak itu mengalami kematangan seksnya, karena akan lebih terbuka dan perasaan malu berkurang.Disamping itu lebih baik mendahului menerangkan masalah seks terhadap anak sebelum anak mengetahui dari anak atau orang lain yang mungkin memberikan informasi yang salah dan semata-mata karena senang membicarakan masalah seks saja.
Dengan  demikian,  pendidikan  seks  seyogyanya   tetap
dimulai dari rumah. Salah satu alasan utamanya adalah karena masalah seks ini merupakan masalah yang sangat pribadi sifatnya, yang jika hendak dijadikan materi pendidikan juga perlu penyampaian yang pribadi.Dari sudut pandang remaja, mereka mendambakan untuk memperoleh informasi tentang seks dari orang tuanya, walaupun kenyataannnya mereka lebih senang bertanya kepada teman sebaya.



Seyegan,     April 2012
Siti Rohmiati, S.Pd
Sumber : Majalah Psikologi Plus, volume II No 7 Januari 2008